Jalan-jalan
ke Baduy dipandu oleh Kang Arji
Dipenghujung akhir tahun 2015, tepatnya pada
tanggal 22 Desember Pariwisata UNJ angkatan 2014 mengadakan observasi daerah
tujuan wisata di tempat yang jauuuuhh dari hiruk pikuk ibukota dan peradaban
manusia moderen. Observasi kali ini diadakan untuk memenuhi ujian akhir
semester Wisata Budaya dibawah naungan Bapak Sobirin serta ditemani dua dosen
lainnya Bapak Fuad dan Bapak Dede. Sebelum acara ini belangsung tentunya
panitia acara sudah mempersiapkan acara ini dengan sebaik mungkin dan tak lupa
kita berpamitan pada orang terkasih mamah papah kakak adek nenek kakek om tante
teman pacar gebetan cemceman dan lain sebagainya. Pagi yang cerah untuk awal
nan indah hari ini dan untuk dua hari kedepan kita akan berpetualang mengarungi
melewati menjelajah desa yang amat unik dan masih memegang teguh kepercayaan
leluhur nenek moyang nya yang terletak di provinsi Banten. Tuttt... tutt..
bunyi kereta api pagi ini terdengar jelas, kereta api jurusan Rangkas Bitung
inilah yang menjadi transportasi pertama yang akan menghantar kita menuju desa
Baduy yuhuuy...Semua rombongan telah berkumpul di stasiun Tanah Abang kereta
api akan berangkat tepat jam 8 pagi teman-teman sudah mendapat tiket ekonomi
murah meriah seharga Rp.15.000 dan masuk ke gerbong masing-masing. Perjalanan
ke RangkasBitung memakan waktu dua jam perjalanan, sesampai nya di stasiun kita
disambut hangat oleh tour guide kita, namanya kang Arji.
Kang Arji pria paruh baya yang telah
menghabiskan hampir setengah abad hidup nya inilah yang akan setia setiap saat
memenani perjalanan panjang kita selama di Baduy. Perjalanan selanjutnya menuju
desa Ciboleger pintu masuk menuju Baduy kita menggunakan mini Elf yang sudah
disewa, satu Elf mengangkut 15- 20 penumpang harga untuk satu penumpang kisaran
Rp. 30.000 dengan jarak tempuh 4 jam perjalanan. Disepanjang perjalanan kita
merasakan suasana village dengan
hamparan bukit, sawah, pepohonan, pemandangan hijau yang menyegarkan mata.
Terik matahari begitu menyengat menandakan
pukul 12.00 siang, sampai lah kita di desa Ciboleger tak lupa mengisi perut
yang sedari tadi meraung-raung meminta makan lalu istirahat sejenak melepas
penat. Panitia memberi ancang-ancang agar rombongan mempersiapkan diri untuk
melanjutkan perjalanan. Dengan hati riang sembari bernyanyi liburrr tlah tibaa
oyee libur tlah tiba oyee hatikuu gembiraa... tiba-tiba datang seorang pria menawarkan......
bukaan! Bukan! menawarkan naik kuda bersama bagai prince charming di negeri
dongeng tetapi menawarkan jasa angkut untuk membawakan tas atau barang ke Baduy
Luar. Uwaat?? Jasa angkut?? buat apa? Lalu pria tersebut berkata “mau saya
bawain neng tas nya? Jauuh lho neng perjalanan nya ke Baduy luar itu satu jam
jalan kaki kira-kira. Demi apa??? Hm.. nggak percaya ahh kita masih optimis dan
beraggapan baduy luar itu deket kok. Menanjak
sedikit ketemu palang bertuliskan selamat datang di desa Baduy kita mengisi buku
tamu dan bertemu dengan kepala desa lalu bertanya-tanya seputar tentang baduy
dari masyarakat, rumah, sistem
pemerintahan, lingkungan, adat, dan pantangan selama kita berada disini.
Ekspresi saat memasuki kawasan Baduy |
Panitia memberikan aba-aba pada rombongan
untuk melanjtukan perjalana. Ternyata bener gengss.. baduy luar itu masih jauh
bukan disini bukan di tempat balai desa ini. Pertempuran pun dimulai tidak ada
akses sama sekali menuju baduy luar kecuali kedua kaki kita ini nih. Melewati
jalan yang dikelilingi hutan rimba dengan jalan setapak mendakiii meuruuun
menanjaaakkk menuruni satu persatu anak tangga ternyata lelah juga yaah. Setiap
kali kita bertanya kepada kang Arji “masih jauh nggak kang?” kang Arji selalu
menjawab “enggak kok dikit lagi, tinggal lurus belok kiri belok kanan”
yaiyalaah emang jalanan nya lurus belok kiri belok kanan hadeee kang Arji-_-
tapi kita paham kang Arji berkata seperti itu agar kita tetap semangat dan
berusaha melewati ujian dan cobaan hidup ini. Semangat yang membara dari diri
kang Arji membuat kita semua berlomba-lomba ingin sampai di tempat tujuan kang
Arji selalu setia dengan senyum dan perkataan “Ayook ayok pasti bisa dikit lagi
sampai dikit lagi sampai” Kang Arji juga tak lupa bertanya jika ada yang sakit,
capek atau ada yang kenapa-kenapa dan butuh bantuan. Kang Arji memberikan
seluruh perhatian dan kasih sayang nya yang membuat kita Falling in Love hihi.
![]() |
Homestay di Baduy |
Akhirnyaaa.... sampai juga di baduy luar
tempat yang hampir sama dengan baduy dalam tetapi bedanya disini masih
diperbolehkan menggunakan alat teknolgi, penduduk disini juga menggunakan lampu
sebagai penerang, diperbolehkan menggunakan sabun untuk mandi dan rumah
penduduk di baduy ini menggunakan paku dalam proses pembuatan nya. Homestay
yang dibagikan panitia terdiri dari 1 Homestay untuk dosen, 3 Homestay untuk
perempuan dan 2 Homestay untuk anak laki-lakinya. Homestay satu yang dihuni
oleh dosen kita adalah rumah milik kang Arji, disini juga kita mengumpulkan
bahan makanan untuk dimasak, dan tempat berkumpul. Kabarnya kang Arji orang
baduy luar yang pertama kali mengajak wisatawan untuk mengexplore baduy dan dia
juga layaknya informan yang memberikan seputar informasi mengenai baduy luar
dan baduy dalam dan untuk pariwisata UNJ sendiri kang Arji tlah ditunjuk
sebagai pemandu bagi anak-anak parwis.
Bermalam di Baduy merasakan suasana berbeda, nyaman
tentram dan damai dengan homestay yang cukup luas diisi dengan12 orang suasana
bersahabat dan dipenuhi gelak canda tawa membuat hari pertama yang kita jalani
di Baduy terasa menyenangkan. Tapi tunggu dulu masih ada dua hari berikutnya
yang lebih menantang dan tentu lebih banyak lagi cerita menarik yang akan saya lanjutkan
di blog ini.
Hari kedua di Baduy kita akan melanjutkan
perjalanan ke Baduy dalam. Pagi ini kita semua berkumpul dengan kelompok
masing-masing untuk melakukan kegiatan guiding dari desa Marengo ke desa Cibeo.
Kelompok ini dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing dibimbing oleh tiga
dosen. Perjalanan kali ini lebih menguras tenaga dan tiga kali lebih ekstrim
daripada perjalanan kita kemarin. Kita akan naik turun melewati tiga desa tiga
bukit tiga jembatan bambu berjalan kaki sekitar 5 jam, huft... jangan
dibayangin dulu gengss gimana capek nya kan belum dijalanin hehe.. selalu
bersikap optimis dan semangat muda yang membara apalagi ditemani kang Arji
soulmate kita yang selalu memberikan semangat untuk melewati hari ini. Masih
pagi masih pada semangat teman-teman berlari kesana kemari, berfoto-foto,
selfie ceria, sesekali bercanda melontarkan lelucon dan berjalan sambil
mendengarkan teman kita yang bercerita mengenai baduy. Waktu terus berganti detik berganti menit,
menit berganti jam tidak terasa sudah hampir 3 jam perjalanan yang kita tempuh,
teman-teman mulai merasa lelah, letih, lesu lunglai, haus, jenuh, bosan dan
banyak sekali keluh kesah lainnya. Muka lecek tak beraturan sudah tidak
memikirkan penampilan satu-satunya yang diharapkan bagaimana cepat sampai di
tempat tujuan.
![]() |
Perjuangan sampai titik darah penghabisan |
Kang Arji sang penunjuk arah yang everything
to us, tak merasa lelah sama sekali bahkan tetap tersenyum dan memberikan
support agar kita tidak putus asa. Ditemani dengan rekan nya kang Harja orang
baduy dalam yang juga ikut dalam rombongan. Kaki-kaki ini memang sudah lelah
tapi saat kita berhenti dan melihat sekelompok anak-anak kecil yang tengah
menopang beban dibahunya, rasanya malu bila mengeluh dan menyerah begitu saja.
Mereka sejak kecil sudah didik untuk membantu orang tua dan bekerja keras. Semangat
ini muncul untuk melanjutkan perjalanan, jalanan yang mendaki sangat terjal dan
turunan bagai perosotan langkah kaki ini menyelusuri alam baduy dengan
pemandangan indah cantik sejuk serta asri sungguh indah tuhan... benar-benar
indah tempat tersembunyi yang kau ciptakan ini.
![]() |
Dari atas puncak |
Melewati jembatan bambu dibawah nya mengalir
air sungai yang jernih, kita segara berlari menuju kebawah untuk mendapatkan
mata air yang bisa langsung diminum. Sungai yang
berada di bawah jembatan yang menghubungkan antara kampung Cibeo dengan tempat
leuit atau lumbung padi yang berjejer menyambut kedatangan kita dari Baduy
luar. Sebelum memasuki jembatan terakhir ketika kita akan masuk wilayah
baduy dalam, panitia memberitahukan untuk menyimpan handphone, camera dan lebih
menjaga tutur kata. Karena di baduy dalam adat istiadat nya masih sangat kental
penduduk disini juga menggunakan baju yang seragam berwarna putih menyimbolkan
kesucian. Penduduk disini tidak mengenal teknologi semua peralatan dan
kebutuhan disini berasal dari alam.
Akhirnyaaa... sampai juga ditempat yang kita
nantikan berada disini benar-benar seperti berada jauh dari kehidupan nyata tak
terbayangkan ternyata benar adanya dizaman yang secanggih ini masih ada
orang-orang yang berfikiran primitif dan hidup menyatu dengan alam, penduduk
yang sangat percaya pada aturan nenek moyang hmm.. memang susah yaa kalau udah
saling percaya. Baduy dalam memiliki pantangan yang lebih ketat dibandingkan
Baduy luar, dilarang menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencemari alam
seperti pasta gigi, sabun dan sampo. Masyarakat Baduy dalam tidak diperbolehkan
menggunakan alat transportasi, seperti motor dan mobil sehingga mau tidak mau
harus berjalan kaki. Para wisatawan juga memiliki pantangan, seperti tidak
diperbolehkan memotret di kawasan Baduy dalam. Boleh memotret orang Baduy dalam
di luar kawasan tempat tinggalnya. Pantangan-pantangan yang terdapat di Baduy
dilakukan dalam rangka menjaga nilai dan adat istiadat yang diturunkan dari
para leluhur. Pembatasan penggunaan warna pakaian dan teknologi ini bertujuan
untuk menghindari kemewahan. Berada di baduy
rasanya menjadi manusia sederhana yang menghargai alam, manusia yang menghargai
sesama manusia pula. Setelah pulang ke baduy luar membersihkan diri di
sungai, makan malam dan istirahat tak terasa hari ini akhirnya terlewati juga.
Berkat rasa solidaritas dari teman-teman serta kang Arji yang selalu ada untuk
kita. Waktu singkat berada di baduy memberikan banyak pelajaran hidup makna
hidup yang sesungguhnya bagaimana kang Arji serta orang-orang baduy yang selalu
menempuh satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki. Hari terakhir di
baduy diabadikan dalam potret yang nantinya akan kita kenang dan kita tulis
untuk pengalaman singkat tak terlupakan. Mobil elf yang telah menjemput kita
untuk pulang ke rumah masing-masing dan kang Arji menghantar kita sampai
stasiun Rangkas Bitung. Saat salam perpisahan kita dengan kang Arji, kita
berpamitan untuk pulang dan tak bisa membendung tangis. Tangisan ini ucapan
terimakasih yang tak mampu disampaikan pada baduy dan kang Arji, terimakasih
baduy untuk cerita singkat ini, terimakasih kang Arji telah meluangkan waktu
dan tenaga nya untuk kita terimakasi telah membuat kita jatuh cinta pada tempat
indah ini..
![]() |
Dung Gundang Gandung Dung!!!! |
Kang Arji Maluv! |
![]() |
Kang Arja super |
![]() |
Cipratt ciprat Lucuhh |
![]() |
Selfie dulu di Kereta |
![]() |
Back to Home |
No comments:
Post a Comment